You need to enable javaScript to run this app.

Ketrampilan Coaching Penting Bagi Seorang Guru

  • Rabu, 29 Maret 2023
  • Administrator
  • 0 komentar

Apa sebenarnya coaching itu? Coaching menurut Loop institute of Coaching adalah proses untuk membangun kesadaran diri untuk menemukan potensi terbaik melalui percakapan bermakna untuk mencapai tujuan. Sedangkan menurut International Coaching Federation adalah bentuk kemitraan dengan klien dalam proses pemikiran yang memprovokasi dan kreatif dalam menginspirasi mereka untuk memaksimalkan potensi pribadi dan profesional mereka. Penerjemahan di dalam Bahasa Indonesia coaching adalah pendampingan. Di sini dapat kita lihat bahwa proses coaching itu berprinsip pada kemitraan. Antara coach dan coachee adalah seimbang , tidak atas tidak bawah. Mereka adalah mitra. Potensi terbaik coachee coba digali melalui percakapan-percakapan yang berbobot hingga muncul kesadaran akan potensi terbaik itu. Paradigmaa berpikir coaching adalah paradigmaa pemikiran bahwa focus pada coachee, bersikap terbuka dan ingin tahu, memiliki kesadaran diri yang kuat dan mampu melihat peluang dan masa depan. Coach banyak mendengar dari pada berbicara, focus terbesar pada coachee bukan coach. Coach bersikap terbuka artinya jangan memberi label terlebih dahulu, jangan berasumsi-asumsi dulu jadi coach harus pemikirannya terbuka(open minded) dan penuh rasa ingin tahu. Kemampuan menyimak dengan baik tentunya membutuhkan kesadaran diri yang kuat, saat proses coaching maka kesadaran diri harus muncul, konsentrasi menfengarkan coachee bercerita, menyimak bahasa tubuh coachee, kata demi kata diperhatikan betul. Coaching juga dapat dilakukan untuk menggali peluang-peluang yang dapat dilakukan di masa depan.

Dalam peran sebagai guru, ketrampilan coaching ini sangat penting. Guru dapat menggali potensi terbaik dari siswanya dengan percakapan-percakapan berbobot dan menimbulkan motivasi sehingga mampu melihat peluang di masa depan. Dengan rekan sejawat maka proses coaching ini dapat dilakukan untuk mengembangkan diri. Seorang guru yang baik harus memiliki kompetensi pedagogic, kompetensi sosial dan kompetensi emosional. Kompetensi ini akan dapat kita lihat saat berinteraksi di kelas dan di luar kelas, dengan siswa ataupun dengan rekan sejawat. Kesulitan-kesulitan dalam proses itu membutuhkan solusi dan solusi bisa kita pecahkan bersama-sama dengan proses coaching. Ada guru yang bermasalah dengan pengelolaan kelas atau siswa maka ia dapat mencari rekan guru untuk berbagi cerita ini dan rekan tersebut dapat berperan sebagai coach

Jika dikaitkan dengan pembelajaran berdiferensiasi dimana guru melaksanakan pembelajaran dengan mempertimbangkan keadaan dan keunikan setiap siswa maka disini saat guru bertemu dengan keadaan yang sulit atau suatu masalah berkaitan dengan siswa maka ia dapat melakukan proses coaching kepada siswa. Guru sebagai mitra siswa akan menggali potensi terbaik dari siswa. Guru menyimak dengan kesadaran penuh dan berpikiran terbuka akan dapat melihat peluang-peluang dimasa depan. Proses coaching ini perlu sikap pribadi yang hangat dan terbuka, bahasa yang sopan dan mampu diterima siswa. Kompetensi sosial dan emosional guru di sini betul betul berperan. Siswa akan merasa terbuka kepada guru yang ia percayai. Jadi guru harus dapat membina hubungan yang baik dengan siswa.

Pembelajaran kompetensi sosial dan emosional dapat juga dikembangkan dalam proses coaching. Percakapan coaching melatih jiwa simpati dan empati dengan lawan bicara, percakapan coaching juga dapat melatih kesadaran diri, manajemen diri dan pengambilan keputusan yang bertanggungjawab.

Saya merasakan setelah mempelajari coaching dalam supervisi akademik bahwa coaching ini penting dipelajari setiap guru dan ketrampilan coaching ini harus ada pada setiap guru. Saya berlatih ketrampilan dalam demonstrasi konstektual berperan sebagai coach, sebagai coachee dan sebagai observer. Di sini saya berlatih mendengar dengan seksama, focus kepada coachee dan berlatih membuat kalimat pertanyaan yang berbobot. Ketrampilan ini perlu sekali karena hanya dengan berlatih satu dua kali belum maksimal. Makanya saya coba praktekkan dengan rekan sejawat dan siswa. Saat teman sejawat berbagi masalah dengan kita saya mencoba menerapkan paradigmaa berpikir coaching. Saat kita bertemu dengan murid yang ada masalah maka saya mencoba menerapkan proses coaching. 

Keterkaitan ketrampilan coaching dengan pengembangan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran adalah dengan ketrampilan coaching membantu mengembangkan kompetensi sebagai pemimpin pembelajaran. Coba bayangkan di ketrampilan coaching ada kemampuan mendengarkan dengan seksama, focus dengan lawan bicara, memberikan pertanyaan berbobot yang dapat menggali potensi lawan bicara, bersikap terbuka dan penuh rasa ingin tahu yang akhirnya mampu membaca peluang-peluang di masa depan. Kesemua hal itu jika dimiliki akan memperlebar kesuksesan sebagai pemimpin pembelajaran. Mari kita gunakan paradigma berpikir coaching dalam menjalankan tugas kita di sekolah.

 

Penulis: Siti Wahidatun Afrini, S.Pd.I

CGP Angkatan 7

Bagikan artikel ini:
TRI MURNI S.Pd.

- Kepala Sekolah -

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunia dan hidayah-Nya, sehingga kita semua dapat membaktikan...

Berlangganan
Banner